idNSA.id - Ada pepatah lama dalam dunia
keamanan siber bahwa manusia adalah mata rantai terlemah dalam rantai keamanan.
Hal ini sangat dipahami dengan baik oleh para penjahat dunia maya sehingga
mereka terus mengeksploitasi karyawan yang mudah percaya atau ceroboh. Tetapi
ini bukan berarti tidak ada jalan keluar untuk mengubah tautan lemah itu
menjadi garis pertahanan pertama yang tangguh, kuncinya adalah meluncurkan
program pelatihan kesadaran keamanan yang efektif.
Penelitian mengungkapkan bahwa
82% pelanggaran data yang dianalisis pada tahun 2021 melibatkan “elemen
manusia.” Ini adalah fakta yang tak terbantahkan dari ancaman siber modern
bahwa karyawan merupakan target utama serangan. Namun, beri mereka pengetahuan
yang diperlukan untuk mengenali tanda-tanda peringatan serangan, dan untuk
memahami kapan mereka dapat membahayakan data sensitif, maka akan tercipta peluang
besar untuk memajukan upaya mitigasi risiko.
Pelatihan kesadaran keamanan
Pelatihan kesadaran mungkin bukan
sesuatu yang yang dipertimbangkan atau bahkan dipikirkan oleh para pemimpin TI
dan keamanan dalam program mereka. Pada kenyataannya, tujuannya dari program
ini dapat mengubah perilaku melalui peningkatan pendidikan tentang di mana
letak risiko siber utama dan praktik terbaik apa yang dapat dipelajari untuk
menguranginya.
Ini adalah proses formal yang
idealnya mencakup berbagai bidang topik dan teknik untuk memberdayakan karyawan
agar dapat membuat keputusan yang tepat. Dengan demikian, ini dapat dilihat
sebagai pilar dasar bagi organisasi yang ingin menciptakan budaya perusahaan
yang dirancang dengan keamanan.
Mengapa pelatihan kesadaran
keamanan diperlukan?
Seperti program pelatihan apa
pun, idenya adalah untuk meningkatkan keterampilan individu agar mereka menjadi
karyawan yang lebih baik. Dalam hal ini, meningkatkan kesadaran keamanan mereka
tidak hanya akan memberikan manfaat yang baik bagi individu saat mereka
menavigasi berbagai peran, tetapi juga akan mengurangi risiko pelanggaran
keamanan yang berpotensi merusak.
Yang perlu disadari adalah bahwa
pengguna korporat duduk di jantung organisasi mana pun. Jika mereka bisa
diretas maka organisasi juga bisa. Dengan cara yang sama, akses yang mereka
miliki ke data sensitif dan sistem TI meningkatkan risiko kecelakaan yang juga
dapat berdampak negatif bagi perusahaan.
Beberapa tren menyoroti kebutuhan
mendesak untuk program pelatihan kesadaran keamanan:
Kata sandi: Kredensial statis
telah ada selama sistem komputer ada dan telah menjadi metode otentikasi
pengguna yang paling populer. Alasannya sederhana: orang tahu secara naluriah
bagaimana menggunakannya. Tantangannya adalah mereka juga merupakan target
besar bagi peretas, yang terus berupaya untuk mengelabui karyawan agar
menyerahkannya, atau bahkan menebaknya (brute force) dan seringkali tidak ada
hal lain yang menghalangi akses jaringan penuh.
Lebih dari setengah karyawan
Amerika telah menuliskan kata sandi di atas kertas menurut satu studi. Praktik
kata sandi yang buruk membuka pintu bagi peretas, dan seiring bertambahnya
jumlah kredensial yang perlu diingat karyawan, kemungkinan penyalahgunaan juga
meningkat.
Social engineering: Manusia
adalah makhluk sosial. Itu membuat kita rentan terhadap persuasi. Kita ingin
mempercayai cerita yang kita ceritakan dan orang yang menceritakannya. Inilah
sebabnya mengapa rekayasa sosial berhasil. Penggunaan teknik persuasif seperti
dengan tekanan waktu dan peniruan identitas untuk mengelabui korban agar mau
melakukan apa yang diinginkan pelaku. Contoh terbaik adalah email phising, teks
(alias smishing) atau panggilan telepon (alias vishing), hal yang sama juga
digunakan dalam serangan Business Email Compromises (BEC) dan penipuan lainnya.
Infrastruktur kejahatan siber:
Saat ini para pelaku ancaman ini memiliki jaringan bawah tanah yang kompleks
dan canggih dari situs web gelap untuk membeli dan menjual data dan layanan,
semuanya mulai dari hosting hingga ransomware-as-a-service. Infrastuktur
tersebut bernilai triliunan. “Profesionalisasi” industri kejahatan dunia maya
ini secara alami telah mengarahkan pelaku ancaman untuk memfokuskan upaya
mereka di mana laba atas investasi tertinggi. Dalam banyak kasus, itu berarti
menargetkan pengguna itu sendiri: karyawan perusahaan dan konsumen.
Pekerja hybrid: Pekerja rumahan
dianggap lebih cenderung mengeklik tautan phising dan terlibat dalam perilaku
berisiko seperti menggunakan perangkat kerja untuk penggunaan pribadi. Dengan
demikian, munculnya era baru kerja hibrida telah membuka pintu bagi peretas
untuk menargetkan pengguna korporat saat mereka berada pada posisi paling
rentan. Belum lagi fakta bahwa jaringan rumah dan komputer mungkin kurang
terlindungi dengan baik dibandingkan jaringan berbasis kantor.
Mengapa pelatihan itu penting?
Pada akhirnya, pelanggaran
keamanan yang serius, baik yang diakibatkan oleh serangan pihak ketiga atau
pengungkapan data yang tidak disengaja, dapat mengakibatkan kerugian finansial
dan reputasi yang besar. Sebuah studi baru-baru ini mengungkapkan bahwa 20%
bisnis yang mengalami pelanggaran semacam itu hampir bangkrut sebagai hasilnya.
Penelitian terpisah mengklaim biaya rata-rata pelanggaran data secara global
sekarang lebih tinggi dari sebelumnya: lebih dari US$4,2 juta.