idNSA - Apa yang dimaksud dengan privacy? Data pribadi kamu: mulai dari nomor telepon, nama, alamat, lokasi, sampai dengan data percakapan, file-file, daftar kontak, data aktivitas, dan lain sebagainya. Data yg terkoneksi ke aplikasi termasuk semua data gambar dan video.
Data-data itu ada yang diperlukan agar fungsi yang ada di aplikasi bisa berjalan sempurna, ada juga opsional untuk menambah fitur yang dimilikinya, dan ada juga yang diambil begitu saja padahal fungsi fiturnya belum ada.
Data-data itu semua diambil dan dikelola melalui aplikasi. Aplikasi mengambil dan menyimpan di server-nya. Biasanya perusahaan lewat aplikasi akan meminta izin kepada para penggunanya. Data apa saja yg akan diambil dan bagaimana dia mengelola data tersebut, lalu pengguna akan menekan tombol “accept” atau “agree” atau “setuju” dengan persyaratan penggunaan tersebut.
Jika perusahaan menyalahgunakan data penggunanya, maka pengguna bisa menuntut perusahaan dan perusahaan akan membayar denda, termasuk jika ada kebocoran data yang dikelola perusahaan baik karena keteledoran maupun karena diserang oleh hacker.
Bagi warga Negara Eropa, pengelolaan data pribadi mereka relatif terjamin dengan adanya GDPR (UU data pribadi). Siapapun yang menyalahgunakan data pribadi warga Negara Eropa maka bisa dikenakan GDPR. Hasilnya total lebih dari 400 juta dollar denda sudah didapatkan Negara-negara Eropa. Pemerintah Perancis di Desember 2020 kemaren, bahkan mendenda Google harus membayar 120 juta dollar dan Amazon 42 juta dollar karena mereka melakukan tracking penggunanya tanpa persetujuan.
Bagaimana dengan warga di negara lain? Nah, ini sangat bergantung kepada pemerintah dan UU yang berlaku di negaranya. Jika di negara tersebut ada terjadi kebocoran data dan perusahaan pengelola datanya bisa lenggang kankung tersenyum biasa saja, itu artinya pemerintahnya tidak ada kemampuan melindungi data pribadi warganya. Warganya mau tidak mau harus memikirkan sendiri perlindungan terhadap data pribadinya.
Warga sebagai pengguna banyak layanan internet, umumnya tidak terlalu peduli dengan segala perjanjian di awal yang diberikan oleh perusahaan penyedia layanan tersebut, apalagi jika layanan tersebut gratis. Hal ini berlaku juga pada WhatsApp. Ada berapa banyak yang kita peduli dengan perjanjian tersebut? Ada berapa banyak yang kita, kemudian peduli juga untuk melakukan perubahan setelan privacy dan security di WhatsApp kita? Mungkin diatas 90% tidak ada yang peduli, kemudian kepedulian mulai muncul saat ada kasus pembajakan akun WhatsApp, penyadapan komunikasi, dan juga ada penipuan lewat WhatsApp.
Sekarang dengan WhatsApp sudah dibeli oleh Facebook, sebenarnya semua data pengguna sudah otomatis milik Facebook. Akan tetapi dalam kerangka melindungi data pribadi penggunanya dan agar “dikemudian hari” WhatsApp tidak dituntut secara legal, maka perlu dilakukan perpindahan data ke perusahaan induknya yaitu Facebook, termasuk nanti akan digunakan juga oleh anak-anak perusahaan lainnya, harus mendapatkan dulu persetujuan dulu pemilik datanya yaitu sang pengguna. Proses ini akan dilakukan dengan batas akhir tgl 8 Februari 2021. Pengguna yang tidak menekan tombol “agree” atau “setuju” akan ditendang dari WhatsApp dan tidak bisa lagi melanjutkan penggunaan WhatsApp-nya. Pengguna yang setuju, maka bukan hanya WhatsApp, tetapi Facebook dan perusahaan milik Facebook lainnya bisa memanfaatkan datanya dengan bebas.
Saya tidak masalah kok, tidak apa-apa data saya diambil dan dikelola oleh WhatsApp dan Facebook. Selama ini juga saya sudah sering share data pribadi saya di Facebook, lagi pula saya juga tidak ada data rahasia !!! Ada yg berpendapat demikian. Silahkan saja! Tapi anda meningkatkan resiko atas keamanan diri anda sendiri dengan semakin besarnya data pribadi anda yang tersebar di dunia maya yang penduduknya lebih 5 milyar dan tidak semuanya punya hati yang baik seperti anda. BAHKAN... Anda meningkatkan angka resiko atas keamanan diri anda dan juga keluarga dan saudara-saudara anda yang terkoneksi baik di friends, followers, dan di contacts.
Ada berapa banyak yang teman-temannya tertipu karena akunnya dia tidak aman dan dijebol orang lain? Banyak!!.
Jadi, bagaimana donk?
Tingkat keamanan di dunia maya bermacam-macam, sangat bergantung kepada tingkat ancamannya. Seperti yang Snowden katakan, "Apa yang saya lakukan mungkin tidak perlu dilakukan oleh orang umum, tetapi kalau dia diperlakukan seperti saya, jadi target pemerintah AS, sasaran penyadapan dari segala arah, maka mungkin dia perlu melakukan perlindungan keamanan yang paling maksimal."
Jadi, ini yang perlu ditanyakan dulu ke anda pribadi :
1. Apakah anda merasa aman, baik-baik saja, dan tidak terlalu peduli dengan privacy anda?
2. Apakah anda merasa semua yang terkoneksi dengan anda aman-aman saja?
3. Apakah anda merasa rishi, jika data pribadi anda digunakan sepihak?
4. Apakah anda peduli dengan teman-teman yang terkoneksi dengan anda di sosial media?
5. Apakah anda merasa tidak aman?
6. Apakah anda sedang diawasi?
7. Apakah anda sedang jadi target?
Jika dua pertanyaan pertama, jawabannya, “Ya.” Silahkan melakukan apa saja dan tunggu saja resikonya.
Jika pertanyaan ketiga, keempat, dan seterusnya juga dijawab, “Iya.” Maka anda harus memikirkan cara melindungi data anda dan data yang terkoneksi dengan anda.
Jika pertanyaan terakhir juga dijawab, “Ya.” Maka anda harus mengikuti cara yang dilakukan oleh Snowden untuk selamat. ?
Penulis: Bpk. Rudi Lumanto